vanpros – Keputusan Indonesia untuk tidak mengirimkan tim Arena of Valor (AoV) di ajang SEA Games 2025 menimbulkan pertanyaan besar di kalangan penggemar esports. Padahal, Arena of Valor merupakan salah satu cabang olahraga elektronik yang cukup populer di Asia Tenggara dan sebelumnya telah menyumbangkan medali untuk Indonesia di ajang serupa. Lalu, mengapa Indonesia memilih untuk absen kali ini? Artikel ini akan membahas beberapa alasan utama di balik keputusan tersebut.
1. Minimnya Ekosistem Kompetitif AoV di Indonesia
Salah satu alasan utama di balik ketidakhadiran Indonesia dalam cabang Arena of Valor adalah semakin menurunnya ekosistem kompetitif game ini di dalam negeri. Beberapa tahun terakhir, popularitas AoV di Indonesia mulai tergeser oleh game MOBA mobile lain seperti Mobile Legends: Bang Bang dan League of Legends: Wild Rift. Akibatnya, jumlah turnamen lokal dan komunitas aktif AoV mengalami penurunan signifikan.
Tanpa adanya liga profesional yang konsisten dan panggung kompetitif yang stabil, sulit bagi Indonesia membentuk tim nasional yang kuat dan kompetitif untuk bertarung di kancah internasional seperti SEA Games.
2. Fokus ke Cabang Esports yang Lebih Potensial
Komite Olimpiade Indonesia (KOI) bersama Pengurus Besar Esports Indonesia (PBESI) dikabarkan memilih untuk mengalokasikan sumber daya dan fokus pada cabang esports yang memiliki peluang medali lebih besar. Game seperti Mobile Legends dan PUBG Mobile telah terbukti membawa pulang medali emas di ajang sebelumnya, sehingga lebih diprioritaskan dalam pelatnas dan pengiriman atlet.
Dalam strategi pembinaan jangka panjang, PBESI mempertimbangkan potensi kemenangan dan keberlangsungan komunitas. Dengan basis pemain yang jauh lebih besar, Mobile Legends dan Free Fire dianggap sebagai cabang yang lebih menjanjikan secara kompetitif dan komersial.
3. Masalah Internal dan Logistik
Di balik layar, terdapat juga isu logistik dan internal yang turut memengaruhi keputusan ini. Proses seleksi pemain AoV untuk SEA Games membutuhkan waktu, biaya, dan koordinasi yang matang. Mengingat ketatnya waktu persiapan dan jumlah cabang yang dipertandingkan, PBESI memilih untuk mengefisienkan anggaran dan sumber daya.
Beberapa sumber menyebutkan bahwa kesulitan dalam mengakses server internasional untuk latihan dan minimnya scrim dengan tim luar negeri menjadi kendala tersendiri dalam menyiapkan tim AoV nasional.
4. Tidak Ada Kualifikasi Nasional Resmi
Faktor lain yang turut memperkuat absennya Indonesia adalah tidak diselenggarakannya kualifikasi nasional resmi untuk Arena of Valor. Tanpa adanya seleksi atau turnamen yang menjadi dasar pemilihan atlet, maka secara otomatis Indonesia tidak memiliki tim resmi untuk dikirim ke SEA Games.
Ketiadaan ini memperjelas bahwa sejak awal, AoV memang tidak masuk dalam daftar cabang prioritas yang dipersiapkan untuk ajang dua tahunan ini.
5. Respon Komunitas dan Harapan ke Depan
Meski banyak yang menyayangkan keputusan ini, sebagian besar komunitas gamer di Indonesia memahami alasan di baliknya. Mereka menyadari bahwa tanpa dukungan ekosistem yang kuat, sulit untuk membentuk tim yang bisa bersaing di level Asia Tenggara.
Namun, banyak juga yang berharap agar ke depannya PBESI dan publisher AoV di Indonesia dapat bekerja sama untuk menghidupkan kembali turnamen lokal. Dengan revitalisasi komunitas, bukan tidak mungkin Indonesia bisa kembali berpartisipasi dan bersaing di masa mendatang.
Kesimpulan
Ketidakhadiran tim Arena of Valor Indonesia di SEA Games 2025 bukan tanpa alasan. Kombinasi dari menurunnya popularitas, terbatasnya ekosistem kompetitif, fokus pada game lain, serta kendala logistik menjadi faktor utama. Meski mengecewakan, keputusan ini diambil demi strategi yang lebih luas dalam perkembangan esports nasional. Diharapkan ke depan AoV bisa kembali mendapat tempat di hati komunitas gamer Indonesia dan bangkit untuk membawa nama bangsa di pentas internasional.